buka hatimu

Pages

Kamis, 23 Agustus 2012

CERPEN [2]


Cinta Dan Air Mata

             Kata-kata ayah dan ibu menyapa relung kalbu Dewi, lembut tapi menusuk. Tak kuasa menahan rasa ia tersungkur dihamparan sajadah kecilnya. Cerai..? Adalah hal yang tak pernah terpikir bahkan terlintas dibenaknya setelah pernikahannya yang baru satu bulan. Wajah yang orang bilang cantik kini tampak sendu bermuram durja, Karena tak kuasa tangis pun pecah diruang kamarnya. Dewi mencoba menguasai dirinya dengan menutupi wajahnya untuk membendung luapan sunami air mata. Menolak keinginan orang tua adalah hal yang tak termaafkan. Bercerai adalah hal yang sangat dibenci oleh Tuhan. Dewi dihadapkan oleh dua pilihan yang sulit.

             Beduk magrib menggema dikampung Mengandung sari, dan getarannya merambat keseluruh cakrawala. Dewi pun beranjak mengambil air wudhlu, Hari ini Dewi tak seperti hari sebelumnya, biasanya Ia menunaikan sholat magrib berjamaah dimasjid. Namun Dewi kali ini memutuskan untuk sholat dirumah saja. Digelarnya kain bersih dilantai kamarnya,dan sebuah syajadah kecil diteparkan diatas kain itu. Do`a khusuk terucap oleh Dewi setelah azan berkumandang. Setelah selesai menunaikan sholat magrib dan mengahiri do`anya, Dewi mengusap wajahnya dengan kedua belah tangannya, tangan yang halus enggan dia lepaskan dari wajah yang nyaris tertutupi.

  Terdengar lembut namun jelas, bunyi dari suara Hp menerima sebuah pesan. Dewi menarik tangannya dan melirik pada Hp yang dia letakkan disamping sajadah. Dewi meraihnya dan buru-buru mata hitam itu membuka pesan untuk dibacanya. Ibu....? Alis yang mencuat, mata yang disipitkan dan tanpa melewatkan satu karakter sekalipun Dewi membaca pesan dari ibunya.

“ Nduk......pulanglah..

Ada hal penting yang harus dibicarakan, ini tentang suamimu.

Suamimu itu ternyata orang yang tidak bener

Bercerai darinya itu adalah yang terbaik nduk

Sebelum kau terlambat menyadari dan menyesal nanti.

“ Bercerai...........???????

“ Subhanalloh....., apa aku tidak salah membaca sms dari ibu ini....?? Dengan perasaan tidak percaya Dewi berkali-kali membaca dan mengecek dari siapa pengirimnya.

 “ Bener ibulah pengirimnya, Ya Alloh...apa yang sebenernya terjadi kenapa ibu dan ayah tiba-tiba menginginkan aku bercerai dengan MasRobert?  Bahkan pernikahan kami pun belum sempat satu bulan. Subhanalloh...” Tak kuasa menahan rasa, Tangis dewi pecah diruangan itu. Seakan kebahagiaannya kini telah terenggut oleh pesan dari ibu, Dewi mencoba menguasai dirinya dengan membungkam mulutnya rapat-rapat dan meraih syajadah kecilnya untuk  membendung sunami air mata dan seraya bersujud.

  Dalam tangis Dewi berkata dan berdo`a, “Ya Alloh....apa kesalahan hamba hingga kau tempatkan hambamu ini pada pilihan yang sulit. Ya Alloh....jujur aku belum bisa menerima permintaan dari ibu. Tunjukan keaggunganmu Ya Alloh agar aku mengerti dengan apa yang telah sebenarnya terjadi.

  Wajah sendu bermuram durja, merembab lembab penuh dengan guratan air mata yang masih sesekali menetes, ketika ingatannya mereplay kembali saat bahagia yang baru Dewi dapatkan bersama Robert. Janur kuning saat pernikahan pun belum mengering sudah dihadapkan pada kata-kata cerai. Terasa pilu Dewi menikmati kisahnya.

  Malam semakin larut, Dewi masih terpaku dikamarnya, disebuah kamar tempat tinggal yang jauh dari orang tuanya. Sesekali Dewi membaca sms itu lagi, berharap kalau-kalau kalimat itu salah, atau orang salah kirim. Namun tulisan dan mata Dewi tidak pernah salah. Kalimat itu memang benar ibu Dewi sendirilah pengirimnya. Ia tak tahu harus berbuat apa, membalas balik sms dari ibu sepertinya Dewi tak kuasa.

             Waktu sudah menunjukan jam 00:1, Robert pun belum pulang. Pulang pagi dan bahkan mabuk berat kini telah menjadi kebiasaannya. Bila Dewi bertanya Ia selalu enggan untuk memberikan alasan, dan meminta Dewi untuk tidak ikut campur dalam urusannya. Walau pun dalam keadaan begitu Robert tak pernah marah atau berkata kasar terhadap Dewi.

“ Mas....kenapa mas berubah, berubah menjadi seorang pemabuk yang tak pernah aku kenal sebelumnya? Tanya Dewi menyelidik, sambil berfikir apakah mas Robert telah tahu semuanya, telah tahu tentang keinginan ibu yang menginginkan kami untuk bercerai, gunam Dewi dalam hati.

“Dek....., kau tak usah perdulikan itu, buatku kau menjadi istriku yang baik aku sudah bahagia sekali, karena itu adalah niatku mengapa aku menikahimu., Mendengar ungkapan Robert Ahmad, muka Dewi menjadi memerah, mungkinkah Mas Robert telah tahu semuanya, atau dia sengaja menyembunyikan sesuatu dariku.Tanya Dewi dalam hati.

“ Kenapa dek.. sepertinya kau kaget mendengar kata-kata dariku..?

“ Tidak mas...aku hanya tak mengerti dengan prilakumu yang tiba-tiba sering pulang mabuk, Apa yang membuatmu demikian Mas..? apakah aku telah membebani hidupmu?

“ Dek...kau tak usah berfikir yang tidak-tidak ok.., ini adalah kebiasaan ditempat kerja, teman-teman pada minum, gak enakkan bila aku tolak tawaran mereka.”

“ Tapi setidaknya mas bisa menghindarinya kan, dengan alasan mas gak bisa temenin mereka atau mas sedang aja urusan lain jadi mas gak perlu ditunggui dan ditawari minum.”

“ Dek.., kamu itu gak tahu keadaannya gemana kalau ditempat kerja, sudahlah gak usah dibahas lagi, aku tahu kok dengan apa yang aku lakukan.

  Hatiku sedikit lega karena mas Robert sepertinya tak mengetahui permasalahanku dan Ibu yang menginginkan kami cerai, tapi hatiku separuh merasa jengkel sebab mas Robert sepertinya menolak nasehatku supaya dia menjauhi minuman haram itu dengan alasannya yang gak aku mengerti.

“ Assalamualaikum...’ suara seorang perempuan mengucap salam sambil mengetuk pintu rumahku.

“ Waalaikumsalam, Mbak ini siapa ya? Tanyaku penasaran dengan wanita dihadapanku.

“ Namaku Mela, mas Robert ada?

“ Maaf mbak mas Robert lagi keluar kerja, ada urusan apa ya mbak?

“ Kamu ini siapa, istrinya ya..? Tanya mela padaku.

‘ Iya Mbak saya istrinya, maaf mbak ada penting dengan suami saya?

‘” Nama kamu Dewi bukan?

“ Iya mbak, mbak tahu nama saya dari mana?

“ Itu gak penting, asal kamu tahu aja ya Dewi, Mas Robert itu adalah suamiku, dan anak yang bersamaku ini adalah anak kandungnya.”

“ Hah..! apa saya gak salah denger mbak?! Mas Robert sudah punya istri sebelum menikah dengan saya? Ya Alloh..., mendadak kepalaku pusing dan pandangan mataku berkunag-kunang, dan aku tak ingat lagi.

  Ketika ku tersadar, mas Robert sudah disampingku, dan aku menemukan diriku berbaring diranjang kamarku.

“ Dewi, kamu tidak apa-apakan.? Suara lirih mas Robert.

‘ Tak terasa air mataku kembali menetes, dan aku hanyut dalam tangisan.

“ Maafkan aku Dewi, bila aku tak pernah jujur padamu, tapi demi tuhan aku mencintaimu. Dan hari ini kamu harus tahu semua Dewi, walau sepenggalnya kamu telah tahu. Benar adanya wanita yang bernama Mela yang datang menemuimu tadi pagi adalah istriku, maafkan aku bila aku tidak menceritakan ini sebelumnya padamu. Aku tahu hatimu sangat kecewa dan sakit hati padaku. Tetapi karena sifat Mela yang dulu pernah selingkuh dengan sahabatku, yang membuatku ingin menikahi wanita sepertimu. wanita yang ku damba dalam hidupku yang mampu mempertahankan kehormatan suami. Dengan kekecewaan dulu aku meninggalkan Mela dan anakku, dan aku menikah denganmu, tanpa sepengetahuan Mela. Kini Mela datang padaku dan menginginkan kami kembali bersatu menjadi keluarga seutuhnya.”

“ Kenapa Mas begitu kejam, kau jadikan aku sebagai pelarian cinta. Tidak sadarkah Mas dengan apa yang telah Mas lakukan itu telah menyakiti hatiku. Sumpah mas.., hatiku sakit. Sakit karena Mas, yang telah mendustaiku.”

‘ Dewi, maafkan aku, sekarang terserah padamu, aku telah salah Dewi, aku terima saja akan keputusanmu selanjutnya, kau pun boleh menghukumku, aku pasrah Dewi. Bila kau ingin memenggal kepalaku hari ini, aku pun siap.”

  Aku tak mampu berucap apa, hari-hariku dipenuhi dengan kebisuan, Mas Robert selalu melihat-lihat keadaan bila ingin berbicara denganku, apakah aku mau diajak bicara atau tidak.

“ Assalamualaikum..” suara yang tak asing terdengar dari balik pintu.

“ Waalaikumsalam..; Ibu..! Ibu..,” Tangisku pecah didekapan Ibu.

Hoalah nduk gemana kabarmu, Ibu kangen..,kamu baik-baik sajakan? Ibu tunggu-tunggu kamu kok gak pulang-pulang jadi Ibu putuskan untuk menjengukmu kemari saja.”

“ Maafkan saya Bu.., bila saya belum sempat pulang.”

“ Nduk.., bagaimana hubunganmu dengan Nak Robert, Ibu sarankan sebaiknya..

“ Maaf Bu.., sepertinya saya tidak bisa, karena saya telah hamil Bu., saya tidak mungkin bercerai dalam keadaan hamil .” Aku telah berbohong terhadap ibu, supaya Ibu tidak lagi membahas soal perceraian, disaat hati dan perasaanku sedang kacau. Karena aku telah dihadapkan pada dua pilihan yang benar-benar sulit, yang sangat dibenci oleh Tuhan. Aku tidak ingin salah dalam mengambil keputusan. Ibu pun terkejut dan tidak mampu berkata lagi perihal perceraian.

Seminggu ibu telah tinggal bersamaku, saat ibu pamit untuk pulang aku melihat raut wajah ibu yang sulit untuk-ku artikan, kekecewaan ibu mungkin masih tersimpan dihati, karena rumah tanggaku yang menurut ibu harus disudahi dengan jalan cerai, kini juga dihadapkan pada dua pilihan yang sulit, karena kehamilanku.

Aku mendapati sikap yang aneh pada Mas Robert yang baru pulang kerumah, tampak kusut dengan dua tangan menyangga dikepala ,belum sempat aku menyapa dengan rasa penasaran yang ingin aku ungkapkan, suara Mas Robert memecah dikeheningan, yang membuatku terdiam tanpa nafas.

“ Dewi, maafkan aku bercerai itu mungkin lebih baik bagi kita.”


Tidak ada komentar:

Posting Komentar