Gadaikan Cinta Seharga
Pulsa
Sari di usia yang
ke35 tahun mulai menginjakan kaki di negri Formosa. Dengan bekal keberanian dan
ketekadan, serta bahasa yang kurang faham sepenuhnya, telah mengantarkannya
sampai ke negri Formosa. Dan berkat bantuan PT ternama, sari dianter pihak agensi
sampai kerumah majikannya. Tempat dimana Sari memulai pekerjaan yang baru.
Semua tersa asing
baginya, bahasa, tempat tinggal, adat dan kebiasaan dilingkungan baru membuatnya
membuatnya sangat gagu. Tapi Sari sangatlah beruntung, Karena telah mendapatkan
majikan yang baik.Hari demi hari pun berlalu, dan bulan pun berganti. 6 bulan
sudah Sari bekerja dirumah majikannya itu, dengan jabatan sang penjaga akong.
Hal ini tentu membuatnya nyaman dan santai, karena serumah cuman berdua saja
dengan akong, apa lagi akong yang Sari jaga masih bisa berjalan sendiri.
Dipagi yang cerah
itu mentari mengembangkan senyumnya, menerobos disetiap celah-celah dedaunan dan
semua yang ada dibumi.Seperti biasa akong dan sari sudah bersiap-siap untuk
menikmati udara pagi ditaman. Akong yang masih bisa berjalan sendiri tampak
berjalan didepan sari, dengan sahabat tongkatnya yang setia tergenggam
ditangannya, Dan Sari hanya mengikutinya dari belakang saja. Sambil asyik dengan
ceramah paginya di HP, yang dilengkapi dengan perangkat headset-nya, Sari ngobrol
di HP sambil tertawa-tertawa sendiri.
Tiba-tiba suara
dari belakang pun mengejutkannya, dengan reflek sari pun menoleh kebelakang.
Seorang lelaki setengah baya yang tak asing baginya tersenyum dibelakangnya.
Oooo...., se ni a.." Lelaki itu tidak menjawab, malah memberikan isyarat kepada
sari untuk tidak berbicara terlalu keras. " Sssstttt..." sambil jemarinya
menunjuk kearah akong yang berjalan didepan sari. Dengan tersenyum sari pun
mengangguk mengerti.
Diambilnya sesuatu
dari balik saku lelaki itu. Secarik kertas bertuliskan nomer HP diberikan kepada
sari." Ceke wo ge ni, ni sow hau, ni ta tien hua gei wo, wo huei gei ni jien.."
berlahan Sari pun mengambil kertas yang diulurkan oleh lelki itu. Sari sudahlah
paham dengan orang tersebut, karena setiap kali Sari keluar rumah Sari juga
sering melihatnya. Dia adalah tetangga majikan Sari yang sebagian rumahnya
disewakan untuk pertokoan dipinggir jalan itu. Dan dia terkenal dengan sebutan
bang-bang karena perutnya yang gendut. Setelah memberikan kertas itu bang-bang
punberlalu pergi sambil memberikan sarat kepada sari untuk menelponya
nanti.
Sempat terbersit
dipemikiran Sari akan maksud si bang-bang , dan sebuah pertanyaan dalam
hatinya," Mungkinkah si bang-bang....? Ah...!"
" Siapa sih mbak?
suara disebrang bertanya kepada Sari, " Oh.., itu lo si gendut ngasih nomer
telepon ke aku" Jawab Sari." Oh..., jangan -jangan ngajak janjian tuh..."
" Ha...ha...ha...,
tawa lantang pun keluar dari mulut Sari dan temannya yang ngobrol di HP
itu.
Hari pun beranjak
sore, sang surya pun berkemas menuju keperaduannya, dan hanya meninggalkan
coreta-coretan jingganya. Bertanda malam akan datang sebagai penggantinya. Pekat
pun menyelimuti, hanya cahaya lampu disetiap rumah yang menyala, bertanda sang
penghuni masih belum memejamkan mata. Sari yang sedang menemani akong menonton
TV diruang tamu pun beranjak dari tempat duduknya. Dia inget akan sesuatu, yang
dia dapat dipagi hari tadi. Sebuah kertas bertuliskan nomer telepon diambilnya
dari kantond saku bajunya yang tertumpuk ditempat pencucian baju . Dengan
penasaran Sari men-dial beberapa nomer itu, dan dari seberang pun suara
menjawab.
"
Hallo...hallo..."
" Hey....bang-bang
se wo lah ..Sari.."
" Oh.. se ni o....
ceke se ni te hauma ma..?
" ching wen.., ni
suo.. ru guo wo ta geni, ni suo yau gei wo jien, se semo ise a..? tanya Sari
pada sibang-bang.
" Sea... wo huei
geni jien na.."
" Seme jien a...?
tanya Sari yang makin penasaran. dan ingin memastikan apa maksud bang-bang yang
mau memberikan uang padanya bila dia mau bertemu dengannya.
" Wo hen u liaw, ni
yau tang wote bengyou ma..? wo huei gei ni hentuo jien" lanjut
sibang-bang.
" O...ceyang
ce...,siencai wo meiyou tien huaka ni ta gei wo hau-puhau..?
"O...hau-hau...,
bang-bang mengerti maksud Sari.
Kemudian Sari
mrmutuskan sambungan teleponnya. Tak lama kemudian HP Sari pun berdering
kembali, dan berlahan sari menjawab panggilan dari sibang-bang.
Hallo..,halllo.., "
" Sari..a., ni seme
se hou keyi ju ji..? Wo huei geni jien..."
" Ni yau gei wo tuo
saw? selidik Sari pada sibang-bang.
" Women ju ji chai
suo, hau pu hau..? Ni yau tuo saw wo huei geni. Ni cau sejien, wo tai ni ji
kuang-ikuang, Ni mei you tien hua ka wo ye huei may gei ni te..,hau-pu hau..?
tanya bang-bang menyakinkan sari.
" Wo siang-isiang
isialah.." tukas sari.
Sari pun menutup
teleponnya, dia kembali berfikir akan maksud dari sibang-bang yang menjanjikan
sejumlah uang bila Sari mau diajaknya jalan-jalan. Dia pun berjanji akan
memberikan kartu telepon buat Sari. juga memberikan uang berapapun jumlahnya
sesuai permintaan Sari.
Sekarang sepertinya
suara satu hati sari berbeda pendapat. Berkecamuk didalam dada dan pikiran sari,
yang masing-masing berbisik berlawanan. Sari pun berfikir lama untuk memastikan
kata hati. Dan kata hati mana yang harus dia turuti.
Bersambung di
edisi selanjutnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar